Pengalaman Magang atau PKL di Inalum Indonesia
Inalum,
perusahaan pelopor produksi aluminium di Asia Tenggara dengan memanfaatkan
pembangkit listrik tenaga air dari Sungai Asahan merupakan sebuah monumen
persahabatan dan kerjasama ekonomi antara dua Negara, Indonesia dan Jepang.
Secara
defacto, perubahan status Inalum dari PMA menjadi BUMN terjadi pada 1 November
2013 sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Induk. Pemutusan
kontrak antara Pemerintah Indonesia dengan Konsorsium Perusahaan asal Jepang
berlangsung pada 9 Desember 2013, dan secara dejure Inalum resmi menjadi BUMN
pada 19 Desember 2013 setelah Pemerintah Indonesia mengambil alih saham yang
dimiliki pihak konsorsium. PT INALUM (Persero) resmi menjadi BUMN ke-141 pada
tanggal 21 April 2014 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2014.
Belum lama
ini saya berkesempatan untuk melaksanakan KP di Inalum selama 40 hari terhitung
tanggal 16 Februari sampai 27 Maret 2015. Perjalanan dimulai dari Medan hari
minggu tanggal 15 naik Bus Sartika bersama teman saya Alfiansyah, yang memakan
waktu lebih kurang 2,5 jam. Sesampainya di Perumahan Inalum Tanjung Gading,
kami langsung menuju dormitory F setelah sebelumnya melapor ke pihak SSC.
Seharusnya kami ditempatkan di Blok U-11, karena sebenarnya dormitory F adalah
asrama untuk perempuan. F merupakan inisial dari kata Female. Namun berhubung
banyak laporan yang mengatakan bahwa perempuan yang tinggal di dormitory F
sering diintip pada saat mandi, maka kami para Lelaki macho lah yang akhirnya
diletakkan disana.
Setelah
menunggu beberapa saat, kami pun diberikan kunci kamar oleh Bang Rilo yang
merupakan petugas yang mengontrol di dormitory F. Saya di kamar F25 (paling
akhir), dan teman saya Alfian di F24. Teman sekamar saya merupakan mahasiswa D3
Teknik Elektro UNP. Sebut saja namanya Boy (bukan nama mamanya).
Waktu
menunjukkan pukul 14:30, dan sang Ibu yang super baik dan cantik pun datang.
Ya, dialah Buk Neng. Buk Neng adalah seksi SCD yang bertanggungjawab atas OJT.
Beliau merupakan karyawan senior di Inalum. Beliau juga dulunya tinggal di
kamar F22 semasa gadis. Kedatangan beliau disambut hangat oleh beberapa peserta
OJT yang sudah datang. Alasan mereka senang tak lain dan tak bukan adalah
berharap Buk Neng membagikan jatah uang makan yang sudah dijanjikan. Saya tau
itu, karna saya pun begitu XD
Tapi nyatanya dana untuk itu belum cair, jadi terpaksa dipending
Ini adalah jadwal OJT BATCH I 2015 di Smelter Inalum
Peserta OJT Angkatan I tahun ini berjumlah 45 orang yang berasal dari berbagai perguruan tinggi se-Sumatera dan Jawa. Diantaranya adalah USU, UGM, UNIMAL, UNP, UMSU, UIN Jakarta, Politeknik Negeri Medan, Politeknik Negeri Padang, Institut Teknologi Medan, Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan dan PTKI Medan.
Hari
pertama dimulai di Main Office dengan kata sambutan dari Buk Neng, Bang Alex
Ridwan dan Junior Manager Seksi Pemberdayaan Masyarakat yakni Pak Ganda
Sukmana. Pak Ganda adalah seorang yang humoris walaupun masa aktif rambut di
kepalanya sudah memasuki masa tenggang xD
Nah, berhubung Buk Neng naik jabatan menjadi Sekretaris Direktur, maka program
OJT pun diserahkan pada Bang Muhammad Alex Ridwan yang sedang magang.
Hari
berikutnya kami diserahkan ke kantor HRD yang berada di Komplek Tanjung Gading.
Setiap pagi aktivitas di HRD dimulai dengan senam yang diperagakan oleh Bang
Agung. Seberapa sering pun kami melakukan senam, semuanya dibarengi dengan
ketawa ketiwi berhubung gerakannya kocak (trust me, it’s true).
Hari-hari
di kantor HRD diisi dengan kegiatan-kegiatan umum seperti manajemen SDA,
motivasi, berpikir kreatif dan bagaimana menumbuhkan jiwa entrepreneurship.
Disini saya mengenal sosok seorang yang hebat, Ismail Midi. Ya, itu lah nama
sang Manager HRD di Inalum. Beliau adalah seorang yang kreatif dan tangguh. Ada
motto yang saya ingat dari beliau, yakni tidak ada kata tidak bisa. Apapun job
nya, terima saja. Soal bisa atau tidak adalah soal belakang. Dari satu job itu
kita bisa mendapat ilmu baru dengan belajar. Trik sukses beliau adalah ATM,
yakni Amati, Tiru, Modifikasi. Sayang saya tidak sempat berfoto dengan beliau.
Beliau juga mempunyai beberapa blog yakni ismailmidi.com dan kolomhr.com.
Hari-hari di kantor HRD sangat lah menyenangkan (ada snack time nya soalnya xD)
Selasa, 24
Februari 2015, kami diserahkan ke seksi masing-masing. Ada yang ke SMO, SMT,
SSW, SRO, SCO, SQA, SSS dll. Saya ditempatkan di seksi SES. Kami (tepatnya 10
orang termasuk 2 orang pendamping), diterima oleh Pak Nasrun Nasution berhubung
Mister Khaldun sang Manager sedang tidak berada di kantor. Perlu diketahui,
jarak antara perumahan Tanjung Gading ke smelter sekitar 17 km. Untuk itu,
karyawan difasilitasi dengan Bus. Nah, kami para OJTers menumpang Bus tersebut
setiap harinya.
SES
(Smelter Electrical Substation), merupakan seksi yang bertanggung jawab dalam
menyuplai kebutuhan listrik di Inalum. Disini dibagi lagi beberapa subseksi
yang memiliki tanggungjawab masing-masing, yakni LDC, Control (Operation), dan
Maintenance.
LDC (Load
Dispatching Centre), merupakan unit yang mengoordinasi jalannya proses suplai
daya yang mencakup KTS, POP, PTE, dan PLN. Sederhananya, LDC bertugas mengatur
lalu lintas transmisi dan distribusi di PT Inalum. Disini kerjanya terbilang
cukup santai lo.
Control
Room (Operation KTS), tugasnya adalah mengontrol, mengawasi, dan merekam
parameter-parameter yang berhubungan dengan KTS (Kuala Tanjung Substation).
Namun tugas utama unit ini adalah melayani beban ke smelter (potline). Disini
tanggungjawabnya berat lo, kalau arus ke potline turun atau bahkan hilang, maka
orang-orang disini lah yang bakal berhadapan dengan pihak atasan. Potline
adalah tempat dimana proses peleburan terjadi. Ada 3 potline di smelter dengan
jumlah pot (tungku) di masing-masing potline sebanyak 170 pot.
Maintenance
& Administration Room, bertugas dalam perbaikan dan pemeliharaan
peralatan-peralatan yang menjadi investasi SES, serta menyusun dan menyiapkan
data-data yang diperlukan untuk kegiatan perbaikan dan pemeliharaan. Sama
seperti LDC, disini kerjanya juga cukup santai kok
Kantor SES
berada di paling ujung smelter. Setiap jam makan siang, makanan diambilkan oleh
beberapa orang berhubung jarak antara Kantor SES dengan Cafetaria cukup jauh,
yakni sekitar 5 menit naik mobil. Setiap jam makan siang, kami ikut dengan
beberapa karyawan dengan naik mobil pick up (kayak satpol pp). Selain itu, kami
juga pernah naik sepeda motor untuk makan siang berhubung mobil dipakai. Hampir
semua sudah kami coba. Cuma anak SES aja satu-satunya yang begitu tu.
Ini adalah jadwal ojt selama berada di SES
Awalnya
kami para OJTers yang ditempatkan di SES berjumlah 8 orang. Tapi berhubung 5
orang teman kami berlatar belakang Teknik Elektronika yang fokus studinya arus
lemah, maka mereka pun dipindahkan ke seksi lain. Dengan begitu kami Three
Musketeers lah yang tinggal disini.
Disini ada
3 orang teknisi ABB dari India yang sedang memperbaiki alat mereka yang baru
beberapa bulan dipasang sudah bermasalah. Saya paling senang kalau mereka sudah
ngomong pake bahasa Inggris dengan logat India yang kental ketika ada unsur
huruf “T”. Agak gimana gitu xD
Tiga minggu pertama kami ditempatkan di LDC Room. Di ruang ini terdapat panel digital yang besar, yang menampilkan parameter-parameter kerja yang meliputi tranmisi, distribusi ke potline dan Tanjung Gading, serta data yang menunjukkan besar daya yang diambil oleh PLN. PLN mempunyai kantor yang terletak berseberangan dengan SES berhubung PLN meminta daya maksimal sebesar 90 MW.LDC Room
Hari-hari
di LDC banyak kami habiskan dengan berdiskusi. Pak Regar, seorang yang humoris
adalah salah seorang teman diskusi kami. Diskusi serasa tak bosan jika dengan
Bapak yang satu ini. Selain beliau, ada 1 orang lagi yang sangat saya senangi
untuk diajak berdiskusi. Orang ini masih magang, sebut saja namanya Randhy
Ramono (memang nama aslinya). Dia adalah alumni Teknik Elektro UGM yang baru
lulus tahun 2014 silam. Dia lah suhu kami selama berada di SES. Yah bisa
dibilang he’s our partner in crime xD. Dengan 2 orang ini lah kami sering
berdiskusi. Pertanyaan yang dulu sering timbul di benak saya semasa di kampus
banyak terjawab disini.
Ada
beberapa materi yang diajarkan pada kami disini, dengan Single Line Diagram of
Inalum Power System sebagai dasarnya.
Diagram satu garis sistem tenaga di Inalum
Listrik
yang dihasilkan PLTA Sigura-gura dan Tangga disalurkan ke Pabrik Peleburan
Aluminium Kuala Tanjung melalui jaringan transmisi 275 kV dua saluran sejauh
120 km dengan jumlah menara sebanyak 271 unit. Melalui 4 unit MTR (Main
Transformer) tegangan diturunkan menjadi 33 kV di Gardu Induk Kuala Tanjung.
Tegangan kemudian disearahkan di trafo penyearah SRTR (Silicon Rectifier
Transformer) untuk selanjutnya didistribusikan ke 3 potline. Masing-masing
potline memiliki 2 unit SRTR.
Proses
peleburan aluminum di Kuala Tanjung dilakukan dengan sistem elektrolisa dengan
cara mereduksi bubuk alumina menjadi aluminium dengan mengunakan karbon sebagai
anoda, katoda, arus listrik DC (Direct Current) dan bantuan larutan elektrolit
Kriolit. Metode ini sering disebut sebagai metode Hall-Heroult.
PLTA Unit
Sigura-gura menghasilkan daya total sebesar 286 MW (4 generator dengan
kapasitas masing-masing sebesar 79,4 MVA), dan Unit Tangga menghasilkan daya
total sebesar 317 MW (4 generator dengan kapasitas masing-masing 88 MVA). Baik
Sigura-gura maupun Tangga dapat membangkitkan 35 MVAR.
Ada 2 hal
yang menjadi parameter utama system tenaga di Inalum, yakni frekuensi dan
tegangan.
1.
Frekuensi
Frekuensi berkorelasi langsung dengan daya aktif (load sharing active).
Frekuensi dikontrol oleh governor. Dimana jumlah debit air berbanding lurus
dengan daya yang dibangkitkan.
2.
Tegangan
Tegangan berkorelasi langsung dengan daya reaktif (load sharing reactive).
Tegangan di sisi pembangkitan dikontrol oleh AVR (Automatic Voltage Regulator),
dimana AVR ini lah yang mengontrol arus medan atau arus eksitasi untuk
menghasilkan daya reaktif yang dibutuhkan untuk membangkitkan medan magnet.
Sementara itu, di sisi beban tegangan dikontrol oleh stacon (static condensor)
atau sering disebut sebagai capacitor bank. Sama, stacon ini berfungsi untuk
menyuplai daya reaktif (Q) yang dibutuhkan sistem sehingga daya semu (S)
mengecil yang berujung pada meningkatnya faktor daya (prinsip segitiga daya).
Beban bersifat resistif hanya mengonsumsi daya aktif, beban bersifat induktif
hanya mengonsumsi daya reaktif, dan beban bersifat kapasitif memberikan daya
reaktif. Itu sebabnya pemasangan kompensasi kapasitif dengan kapasitor
dimaksudkan untuk menyuplai daya reaktif yang dibutuhkan beban sehingga faktor
daya (cos phi) meningkat.
Inalum
Water System, yakni membahas mengenai jumlah debit air yang masuk ke turbin
dikontrol untuk menghasilkan daya yang diinginkan. Antara pembangkitan daya
dengan beban yang dipakai harus seimbang untuk menjaga frekuensi tetap 50 Hz.
Jika P (daya) di sisi pembangkitan lebih besar dari P di sisi beban, maka
artinya frekuensi naik melebihi 50 Hz. Sebaliknya, jika P di sisi pembangkitan
lebih kecil dari P di sisi beban, maka artinya frekuensi turun di bawah 50 Hz.
Untuk mengatasi ini, maka pihak LDC akan berkoordinasi dengan pihak PLN. Jika
frekuensi lebih besar dari 50 Hz, pihak LDC akan meminta PLN untuk mengambil
daya lebih banyak. Sebaliknya, jika frekuensi turun di bawah 50 Hz, pihak LDC akan
meminta PLN untuk mengurangi bahkan menghentikan supply daya ke PLN atau pihak
LDC akan mengurangi supply daya ke smelter ataupun Tanjung Gading. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan frekuensi kerja 50 Hz yang sesuai dengan
peralatan-peralatan listrik yang ada di Inalum.
Ada
beberapa orang lagi yang bertugas di LDC Room, yakni Pak Nasrun sebagai orang
yang mengepalai LDC Room, Pak Guntur, Bang Sucahyo dll. Selain mister Randhy,
there is another partner in crime of ours. Orang ini lahir di Inalum, orang tuanya
karyawan Inalum, dan sekarang dia pun turut melanjutkan estafet kebanggan orang
tuanya dengan menjadi karyawan Inalum tepatnya di LDC Room SES. Namanya adalah
Barry Tarigan, sebuah nama yang mengandung unsur kebijaksanaan, kebaikan,
pribadi yang santun dan hati yang suci. Akan tetapi itu semua tidak akan anda
temui pada orang ini (peace).
Jadwal di
LDC berakhir, kami pun pindah ke ruang Control Room. Disini kami dibimbing oleh
Pak Parlin Marpaung. Pak Parlin adalah karyawan yang sedang menjalani masa MPP
(masa pra pensiun). Bersama beliau kami lebih sering diajak ke lapangan
daripada berdiskusi. Saya pribadi cukup senang jika diajak ke lapangan karna
memang saya bosan kalau tidak ada yang dikerjakan (lagian di lapangan bisa
selfie xD).
Di ruang
kontrol ada seseorang yang saya kagumi. Seorang yang sudah senior yang lincah
nan cerdas dan diakui sebagai master di ruang kontrol. Ketika terjadi masalah
di SES, orang ini lah yang sangat dapat diandalkan. Beliau adalah Pak Amrin
Tasim. Bapak yang sangat ramah dan baik. Bukan cuma beliau, saya rasa
orang-orang di SES semuanya baik-baik dan bersahabat semua.
Seminggu
sebelum OJT selesai tepatnya tanggal 20 Maret 2015, terjadi situasi yang sangat
menegangkan di ruang kontrol. Sekitar pukul 15.55 alarm di ruang ini berbunyi
sangat keras tidak seperti biasanya yang hanya pelan saja. Hampir semua
karyawan keluar dari ruangannya. “Ini over frekuensi ini, kata Pak Amrin
Tasim”.
Ternyata
Potline 2 dan Potline 3 trip, sehingga suplai daya terputus. Arus di Potline
yang seharusnya 190 kA hilang sampai nol. Semua petinggi di SES berkumpul di
Control Room mulai dari karyawan sampai Senior Manager.
Situasi
makin diperparah dengan banyaknya asap yang muncul dari panel SR 26 (kalau saya
tidak lupa). Bang Andika (kalau saya tidak lupa lagi) lah yang kemudian
memadamkan asap dari panel tersebut. Abang ini cocok memerankan sinetron Jaka
Tingkir karna wajahnya memang terlihat seperti pendekar. Benar-benar situasi
yang sangat dramatis.
Kami yang
biasanya pulang jam setengah lima, memutuskan untuk pulang jam lima. Saya ajak
kawan saya supaya pulang jam delapan malam saja tapi mereka tidak mau. Padahal
situasi ini sangat jarang terjadi. Selama lebih dari setengah jam potline tidak
beroperasi. Bayang-bayang Inalum bakal ditutup sempat terlintas di benak saya.
Di Inalum,
produksi tidak boleh berhenti. Jika produksi berhenti sampai 4 jam, maka
perusahaan ini akan tutup untuk selamanya. Karna apa ?
Ketika suplai daya terputus, maka proses peleburan yang terjadi di pot (tungku)
akan terhenti. Jika dibiarkan, maka bahan-bahan yang sedang dilebur itu akan
berubah bentuk menjadi padat. Kalau sudah padat, maka tungku akan menyatu
dengan aluminium tadi. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki tungku
sangat besar, sementara tungku yang ada di Smelter total berjumlah 510 pot.
Bisa anda bayangkan berapa besar biaya yang akan dikeluarkan untuk perbaikan.
Tentunya Pemerintah akan memilih untuk menutup perusahaan ini.
Herannya
saya, peristiwa ini bertepatan dengan cuti nya mister Randhy Ramono.
Coincidence ? I think not. Lol xD
Selasa, 24
Maret 2015, kami seluruh angkatan pertama OJT berkunjung ke PLTA yang berada di
Paritohan, ke Selatan dari Medan. Kalau tidak didesak, kemungkinan kami tidak
akan pergi kesana karna memang Inalum tidak menjadwalkan hal tersebut. Bersama
rombongan Buk Neng, kami berangkat pagi sekitar pukul 08.00 naik Bus Inalum.
Sesampainya
di Paritohan kami langsung menuju ke bendungan Sigura-gura. Disini kami melihat
bendungan yang besar dengan tinggi sekitar 200 m. Sumber air PLTA Sigura-gura
dan Tangga adalah Sungai Asahan yang merupakan aliran dari Danau Toba.
Selanjutnya
kami diajak ke ruang Generator yang berada di bawah tanah. Situasi cukup horor
mengingat lokasinya yang berada di bawah tanah dan harus melewati lorong bawah
tanah yang cukup panjang dan cukup sempit dengan menaiki Bus. Setelah sampai di
tujuan, saya baru sadar ternyata di dalam cukup lebar juga. Disini lah lokasi
dimana 4 Generator sedang beroperasi. Jenis generator disini adalah tipe
Vertical Shaft, Semi-Umbrella Type Synchronous Generator.
Kami lalu
lanjut ke bawah untuk melihat poros turbin yang sedang berputar dengan rating
kecepatan 333 rpm. Jenis turbin yang ada disini adalah tipe Vertical Shaft,
Francis Type. Ini pertama kalinya saya melihat langsung poros turbin yang
sedang berputar. Tapi sayangnya kami tidak diajak untuk melihat kincirnya.
Kami sedang tidak beruntung. Bagaimana tidak, selain tidak diajak melihat
kincir, kami juga tidak boleh mengunjungi PLTA Tangga dikarenakan sedang ada
perbaikan. Padahal banyak yang bilang kalo view di Tangga itu bagus. Hmm… so
what’s the point of me coming here ?
Selanjutnya
kami pergi ke ruang kontrol yang berada di kantor utama. Disini ada ruangan
yang mirip dengan ruang LDC di SES, namanya POP. Tugasnya yakni untuk mengontrol
jalannya transmisi ke Kuala Tanjung. Sama, disini juga terdapat panel digital
yang besar.
Site visit
selesai, kami pun bersiap untuk pulang.
Di tengah
perjalanan kami singgah di Pematangsiantar (kota kelahiran penulis xD) untuk
makan malam. Kami makan di Bakso Ojolali yang berada di belakang Ramayana
Siantar, sementara Bus diparkir di GOR Siantar. Ada cerita yang gak enak
sepulangnya makan bakso, tapi baiknya saya keep saja 8)
Kamis, 26
Maret 2015, adalah hari terakhir berada di SES. Tak terasa sudah sebulan lebih
kami disini. Tak banyak karyawan yang tau bahwa ini hari terakhir kami disini.
Sempat terjadi sedikit trouble di ruang kontrol yang membuat semua karyawan
panik seperti sebelumnya. Namun semuanya dapat diatasi dengan segera. Hmm
nampaknya kantor ini benar-benar menginginkan kami untuk segera pergi xD
Kami pun pamit sekaligus berfoto dengan karyawan yang berada di kantor dengan
ditemani Bang Barry. Memang untuk urusan yang satu ini dia lah yang cocok untuk
diajak.
Namanya
perpisahan pastilah dibumbui dengan suasana haru.
Kami tidak sempat pamitan dengan Manager karna beliau sedang tidak di kantor.
Sama mister Randhy juga tidak sempat karna dia sedang menemani karyawan dari
Paritohan ke lapangan.
Selesai
pamit kami langsung diantar oleh Pak … (sebut saja namanya Poniman karna saya
lupa lagi xD) ke Main Office untuk diserahkan kembali ke seksi SCD.
Esoknya,
kami langsung menuju Main Office dengan tidak mengenakan seragam OJT lagi. OJT
Angkatan I 2015 ditutup oleh Buk Neng dan Junior Manager SCD. Dengan ini, OJT
Angkatan I Tahun 2015 PT Inalum (Persero) resmi berakhir.
Terimakasih
buat Buk Neng yang perjuangannya untuk OJT tahun 2015 sangat amat terasa
manfaatnya. Terimakasih buat orang-orang di SES yang memperlakukan kami dengan
sangat baik. Terimakasih buat Pak Makruf, Pak Nasrun, Pak Regar, Pak Parlin,
Pak Guntur, dan kawan-kawan yang lainnya. Terimakasih buat Bang Randhy yang
sudah banyak membantu kami. Terimakasih buat Bang Barry yang mau menjadi tukang
foto kami xD. Terimakasih buat Bang Luthfi, Bang Gurning, dan kawan-kawan yang
sudi mengantarkan kami makan siang, maaf gak sempat pamit. Terimakasih buat
Bang Bagus yang LUPUS xD. Dan terimakasih buat rekan-rekan OJT Angkatan I 2015
atas kerjasamanya. Ini adalah pengalaman yang sangat menyenangkan.
Memang
cuma 40 hari, tapi semuanya terasa begitu berkesan.
Thank
guys, untill we meet again…
di pelabuhan Inalumdi lapangan bersama Bang Randhy dan Bang Fadhilpengujian relay dengan Bang Luthfibersama Buk Neng di Sigura Dambareng Kak Andreafoto bersama Bidadari di OJT namun tak seorangpun berani mendekatinya karna
suatu hal xDteman sekamar ane xDruang POP yang mirip ruang LDCbersama Pak Nasrunbersama Pak Makrufbersama Bang Barry xDbersama Pak Gunturbersama sebagian orang kontrol (disebelah saya yakni Bang Bagus yang LUPUS
xD)bersama Pak Parlinbersama Pak Amrin Tasimjet yang selalu mengantar kami makan siang xDSmelter Electric SubstationxD
Medan, Medan City, North Sumatra,
Indonesia
Post a Comment for "Pengalaman Magang atau PKL di Inalum Indonesia"