Pengalaman Seleksi Management Trainee atau MT di Heinz ABC
MT Heinz yang bertema Owners Only ini termasuk yang proses seleksinya panjang dan macem-macem. Ada periode online application, online test, video uploading, assessment center, panel interview, dan terakhir coffee with executive. Wah, video uploading dan coffee with executive sesuatu yang baru nih buat gue. Selain itu, beda sama Unilever dan P&G, link untuk online test ga langsung otomatis dikasih setelah submit online application, karena akan ada periode online test tersendiri.
Online Application
Gue daftar program MT Heinz ABC ini pas di UI Career Fair. Saat di job fair aplikan cuma diminta menuliskan email, katanya nanti link online application-nya akan dikirim via email. Ternyata bener, kalo ngecek ke company website-nya emang ga ada job opening. Di awal Oktober pun gue dapet email yang berisi link ke web online application. Online application-nya standar lah data diri gitu. Bagusnya, di website tersebut ada informasi yang cukup lengkap mengenai selection schedule-nya.
Online Psychometric Test
Memasuki periode online test, malam harinya gue dikirimi email yang berisi username, password, dan link untuk online test-nya. Wah gue berasumsi kalo kayak gini berarti ga semua orang bisa ikut online test-nya. Gue pun ga langsung ngerjain tes itu. Gue cari waktu dimana gue cukup lowong dan lagi mood untuk ngerjain tes.
Akhirnya hari Minggu malam tanggal 1 November pun mood gue muncul untuk ngerjain tes itu. Dan karena ga mungkin besok-besoknya sih mengingat gue pasti capek pulang ngantor. Gue pun mulai cari-cari info soal online test-nya. Ternyata katanya online test-nya itu persis kayak online test MT STAR-nya Danone karena sama-sama menggunakan jasa ASI sebagai provider online test-nya. Wah, gue pikir ini bisa menguntungkan orang-orang yang ikut seleksi MT-nya Danone dong karena soalnya sama dan jangka waktunya ga terlalu jauh.
Setelah menyiapkan mental dan alat tempur, gue pun memulai online test-nya. Disini setiap kandidat dikasih kesempatan maksimal 5x login. Bedanya dengan tes Danone, Heinz ini hanya menggunakan 5 subtes, yaitu subtes verbal, numerik, perceptual speed (smart checking), business English, dan personality test.
Meskipun udah beberapa kali ikut online test dan written test untuk seleksi kerja, tetep aja gue deg-degan dan ga tenang. Panik selalu menghampiri gue ketika lagi ngerjain online test, terutama setiap memulai suatu subtes. Yang bikin gue selalu cemas adalah timer-nya. Susah deh untuk fokus. Tapi biasanya mulai ke pertengahan gue udah lebih tenang dan bisa mikir bener. Meskipun demikian, waktu yang dikasih tetep nggak cukup buat gue untuk ngerjain semua soal dengan benar. Strategi pun selalu dibutuhkan.
Beda dengan Unilever dan P&G yang ada practice test-nya, Heinz ini cuma ngasih contoh soal di setiap subtes. Jadi cuma bisa latihan dari situ. Tipe soal verbal, numerik, dan perceptual speed-nya mirip soal SHL kalo kalian tau. Dan thank God finally soalnya dalam bahasa Indonesia!
Jadi soal verbalnya itu menentukan apakah pernyataan di setiap nomor itu benar, salah, atau tidak dapat ditentukan berdasarkan teks yang ada. Kalo soal numeriknya biasa lah tabel-tabel gitu. Tapi kali ini nggak ada diagram lain selain tabel. Yang bikin pusing adalah tabelnya yang panjang ke samping banget. Jadi susah ngeliatnya. Kalo perceptual speed-nya atau yang mereka sebut smart checking adalah menyamakan 2 bentuk/huruf/angka dengan cepat. Misalnya ada teks 625afd, nanti kita cari option yang tulisannya 625afd juga di antara beberapa pilihan yang mirip-mirip.
Untuk subtes verbal dan numerik ini gue nggak menyelesaikan dengan benar karena keterbatasan waktu. Sementara itu untuk perceptual speed gue berhasil menyelesaikannya bahkan masih tersisa waktu sekitar 1,5 menitan yang kemudian gue pake untuk ngecek ulang jawabannya.
Untuk business English waktunya panjang, yaitu 60 menit untuk 60 soal. Soalnya beragam mulai dari bacaan paragraf sampai grammar. Menurut gue soalnya nggak bisnis banget sih, masih cukup general kok kayak soal-soal bahasa Inggris waktu sekolah. 60 menit itu juga buat gue lebih dari cukup untuk menyelesaikan 60 soal tersebut.
Terakhir, ada personality test yang berjumlah 100 pernyataan. Meski terdengar banyak, tapi nggak berasa kok karena setiap item berupa pernyataan singkat dan kita disuruh menentukan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri kita atau engga.
Selesai mengerjakan online test, perasaan gue datar aja. Ga pesimis kayak pas Unilever, atau ga optimis kayak pas P&G. Sekarang ngerjain tes kayak gini udah jadi hal yang biasa aja. Ga mau terlalu excited atau worry juga.
Video Uploading
H-1 periode video uploading, gue dikirimi email yang berisi link, username, dan password untuk tahap video uploading ini. Ternyata Heinz menggunakan sistem gugur, dimana yang nggak dikirimi email itu artinya nggak lolos ke tahap berikutnya. Beberapa orang juga sempet bingung karena nggak dikirimi email invitation, tapi nggak dikirimi reject letter juga.
Kandidat yang lolos diminta membuat video berdurasi 2 menit yang isinya short story about life path & achievement dan alasan kenapa mau join Heinz. Gue (dan kebanyakan kandidat lain) mengupload video di hari terakhir. Dari hasil browsing-browsing, ada yang bikin videonya niat banget banget sampe shooting di segala tempat, sampe yang cuma webcam di kamar pake kaos dan ada juga yang muka ngantuk.
Kalo gue bikinnya lumayan niat sih tapi nggak yang banget banget gitu. Paling fokus di editing aja biar lebih menarik. Sama bikin ala-ala multicam padahal cuma pake kamera HP haha.
Note: Kamu ngga akan nemu video ini di YouTube karena sudah ku-private :p
Focus Group Discussion
Lusanya pun gue dikirim email yang menyatakan gue lolos ke tahap selanjutnya yaitu FGD. FGD-nya pagi hari di kantor pusat Heinz. Gue pikir yang upload video cuma berapa puluh orang dan kebanyakan dari mereka lolos ke tahap FGD. Ternyata gue salah besar.
Di hari FGD gue dateng mepet-mepet dan ruangan udah rame banget. Ketika isi attendance list, gue liat ada nama salah satu kandidat yang gue temui di L'Oreal dan ternyata kami 1 kelompok FGD. Dan membingungkannya 1 kelompok FGD isinya sekitar 17 orang, dan ada 5 kelompok. Kami pun bingung gimana cara FGD di kelompok sebesar itu.
Begitu gue duduk di kelompok gue, gue langsung disambut hangat sama kandidat-kandidat lainnya. Langsung kenalan dan ngobrol-ngobrol nggak kaku. Gue suka nih yang kayak gini, dimana kandidat saling kenalan dan ngobrol-ngobrol. Background pendidikan dan universitasnya pun macem-macem. Si kandidat L'Oreal (Sebut saja si X) itu pun duduk di seberang gue dan kita sempet update progress karier setelah dari L'Oreal itu.
Kurang dari setengah jam kemudian, MC pun membuka acara dan menjelaskan rangkaian acara hari itu beserta company profile Heinz. MC-nya itu adalah orang Meksiko. Ternyata dari 400an orang yang upload video, yang lolos ke FGD ada 180 dan FGD dibagi ke dalam 2 sesi; Sesi pagi dan siang. Dari 180 itu akan di-cut jadi 60 untuk panel interview, dan dari 60 akan di-cut jadi 30 untuk coffee with executives. Terakhir, dari 30 akan di-cut jadi 15 yang kelima belas orang itu lah yang akan dapet posisi MT. Wow, ternyata masih banyak dan panjang bro. Yhaa kalo kayak gini sih ga usah kompetitif-kompetitif amat gue pikir. Peluangnya besar-nggak besar karena saingan masih banyak banget.
Setelah dijelasin, di setiap kelompok besar dihadirkan beberapa assessor dari berbagai function. Pertama, setiap kandidat dikasih selembar kertas yang harus diisi. Isinya kurang lebih mirip sama konten video uploading. Kami dikasih waktu 3 menit untuk mengisi itu, setelah itu secara bergantian diminta memperkenalkan diri selama maksimal 2 menit di depan temen-temen kelompok berdasarkan apa yang udah kita tulis sebelumnya.
Dari hasil observasi gue, sebenernya most kandidat punya background dan achievement yang sama/mirip, yang membedakan adalah gimana cara mereka mem-package itu dan gimana cara mereka mempresentasikan diri mereka. Mulai dari bahasa, cara bicara, gestur, dll.
Setelah itu, kami dibagi lagi ke kelompok-kelompok kecil yang berisi 5 orang kemudian dikasih business case untuk dicari solusinya bersama. Daan gue sekelompok sama si X. Enak sih jadinya karena ada yang gue kenal dan gue tau dia emang oke kemampuan analisa dan komunikasinya. Case-nya lumayan menurut gue. Nggak terlalu sederhana ataupun terlalu kompleks. Wajar lah. FGD itu berlangsung dalam bahasa Inggris dan selama FGD assessor mengobservasi kami secara bergantian.
Setelah menyiapkan presentasi, setiap kelompok pun presentasi secara bergantian di depan kelompok lain dan assessor. Harusnya presentasi-tanya jawab, presentasi tanya-jawab, tapi kelompok gue beda sendiri. Presentasi semua, baru abis itu assessor mengajukan pertanyaan untuk setiap kelompok.
Setelah itu, dikasih break 15 menitan dan juga dikasih snack beserta minuman yang merupakan produk Heinz ABC juga. Ini lah tipikal FMCG, dimana kandidat suka dikasih produk mereka juga. Dari 4 FMCG yang gue ikut seleksinya, 3 dari mereka ngasih produk mereka. Sambil istirahat, para kandidat pun ngobrol-ngobrol lagi.
Selesai istirahat, kami pun masuk ke dalam ruangan lagi. Dikira udah selesai FGDnya. Tau-tau ternyata masih ada 1 sesi FGD lagi :') Kami dibagi ke kelompok yang berisi 5 orang lagi, tapi anggotanya beda dengan sebelumnya. Kali itu gue dapet kelompok yang isinya cowok semua :') Gue cewek sendiri.
Durasi FGD-nya super singkat cuma 10 menit, udah termasuk untuk baca soal. Kalo sebelumnya kami dikasih waktu untuk baca, diskusi, dan nyiapin presentasi. Untungnya case-nya termasuk yang sederhana. Alhasil, di waktu yang super singkat itu diskusi berjalan secara barbar :") Semua pengen ngomong, semua pengen mengemukakan pendapat. Gue yang cewek sendiri dan duduk paling tengah pun bingung harus ikutan barbar atau rada stay calm :") Kalo gue calm sendiri nanti gue tenggelem dan ga ke-notice sama assessornya. Btw assessornya juga observasi secara bergantian. Gue liat salah satu assessornya senyum mau ketawa gitu ngeliat diskusinya barbar. Yhaa emang kocak juga sih muka-muka ngotot + agresifnya langsung pada keluar. Setiap gue mau ngomong, baru nganga, eh udah disamber yang lain. Nganga lagi, disamber yang lain lagi. Gue cuma bisa menghela napas dan ketika ada jeda sepersekian detik, gue langsung masuk disitu.
Waktu FGD selesai, kami pun lega habis "bertarung" haha. Kali ini yang disuruh presentasi 1 orang aja dan ga pake tanya jawab. Setelah FGD kedua berakhir, gue baru nyadar bahwa kelompok gue emang isinya orang-orang ambi semua kayaknya :") Kayak anak ambi di setiap kelompok (dari kelompok sebelumnya), diambil untuk dijadikan 1 kelompok. Kocak jadinya kalo diinget-inget.
Kesimpulan gue dari FGD itu adalah sebagian besar kandidat sebenernya punya kompetensi dan background yang mirip-mirip. Tinggal gimana cara mem-package dan mempresentasikannya. Kalo nggak outstanding banget atau nggak beda, bisa-bisa ga ke-notice. Dan gue merasa gue belum se-outstanding itu semaksimalnya gue bisa. Ini sih satu hal yang agak jadi perhatian gue. Ketika FGD gue ngerasa ga bisa ngeluarin semua pikiran gue karena harus berbagi dengan yang lain juga. Plusss kadang apa yang ada di otak dan yang keluar di mulut suka nggak sinkron :") Jadi ngerasa belum maksimal aja.
Setelah FGD sore sampe malemnya pun gue sakit kepala (Kebiasaan abis FGD suka sakit kepala) akhirnya gue tidur cepet. Pas tengah malem kebangun, gue pun sempetin ngecek email sebentar karena katanya pengumuman FGD akan diumumin malem itu juga. Dan ternyataa gue dapet email yang menyatakan gue lolos ke panel interview! Ga nyangka sih sejujurnya. Yaa mayan sih seneng tapi lebih ke nggak nyangka kalo gue lolos. Man, dari 180 orang gue termasuk ke 60 orang yang lolos. Sepertiganya.
Panel Interview
Gue pun dijadwalkan interview di hari kedua. Awalnya gue dijadwalin jam 11 pagi, tapi tiba-tiba direschedule jadi jam 3 sore. Sempet bertanya-tanya, kenapa nih? Tapi ga boleh negative thinking, kalo engga nanti outcome-nya jadi negatif juga.
Hari itu gue sampe kantor Heinz jam 2. Kecepetan sejam, gapapa. Jadinya bisa baca-baca lagi, menenangkan diri dulu, dan touch up lagi. Cukup banyak yang lalu-lalang di lobby-nya Heinz, dan mereka tampak ramah. Beberapa melempar senyum ke gue.
Jam 3 pun orang HR-nya nyamperin gue dan ngajak gue ke ruang interview. Dia bilang gue akan di-interview oleh X dan Y, yang dari namanya kayaknya mereka berdua expat. Wow, that would be my first time to be interviewed by expats. Mulailah deg-degan. Tapi berusaha tenang, berpikir positif bahwa interview-nya akan seru karena bisa dapet kesempatan diinterview sama expat.
5 menit kemudian interviewer-nya masuk ruangan. Wow. Dua orang expat. Satu laki-laki dan satu perempuan. Mereka dengan ramah memperkenalkan diri. Ternyata mereka berdua dari Brazil, dan mereka berdua orang commercial (sales). Hmm hawa nggak enak nih (Karena interviewer berasal dari bidang yang gue nggak familiar). Ini pertama kalinya juga gue diinterview bukan sama orang HR.
Pertanyaan pertama adalah apa pendapat gue soal commercial (sales). What??? Maksudnya gimana coba diperjelas? Itu open question bangeet yang gue ga tau maksudnya dia gimana, atau arahnya dia kemana. Ditambah gue ga begitu ngerti tentang bidang sales. Alhasil gue sendiri juga ga ngerti gue jawab apa. Pertanyaan berikutnya masih seputar sales. Gue ngerasa seolah kayak diinterview untuk ditempatkan di sales, padahal ini kan untuk MT yang (harusnya) lebih general ga sih?
Pertanyaan soal sales pun berakhir dan mulai ke pertanyaan common saat wawancara, seperti perkenalan diri. Tentu interview-nya full English. Baru mulai perkenalan diri, tiba-tiba ada yang masuk. Jeng jeng, ada perempuan Meksiko, sebut saja Z, yang menjadi interviewer ketiga gue. Really? 3 expat interviewers??
Interview pun berjalan ups and downs. Kadang gue bisa lancar jawab, kadang tersendat. Disini ada kendala budaya dan bahasa menurut gue. Dari segi bahasa, aksen dan logat mereka yang dari Brazil itu nggak umum buat gue dan bikin gue beberapa kali harus tanya ulang pertanyaan mereka. Mereka pun sepertinya fokus banget dengerin gue ngomong dan di awal minta gue bicara lebih lambat. Dari segi budaya, gue ngerasa cara nanya mereka itu beda. Cara mereka membahasakan pertanyaan itu somehow beda dari interview yang biasa gue jalani.
Adanya Z both membantu dan cukup menyulitkan gue. Membantu karena ternyata background dia HR, menyulitkan karena dia sangat mengerti HR dan punya cara sendiri untuk ngulik jawaban gue. Gue sempet stuck banget saat ditanya satu pertanyaan. Ketika gue jawab dengan jawaban yang biasa gue lontarkan di setiap interview, Z bilang intinya gini, "Jawaban kamu adalah jawaban common yang ada di setiap buku HR. Well, that's good artinya kamu prepare untuk interview ini. Tapi kami pengen denger jawaban jujur dari kamu."
Disitu gue tercengang. Ga nyangka interviewer akan melontarkan kalimat tersebut, karena selama ini gue jawab jawaban template itufine-fine aja. Dan meski mungkin jawaban gue common, tapi gue ngga bohong. Gue jawab jujur sesuai keadaan diri gue. Makanya ketika mereka minta jawaban lain, gue pun bingung harus jawab apa karena jawaban itu lah yang biasa gue jawab setiap ditanya pertanyaan itu. Gue pun coba membahasakan dengan kalimat lain tapi intinya tetep sama. Tapi mereka masih belum terima jawaban gue dan mereka maksa gue jawab dengan jawaban lain. Cara mereka "memaksa" jawab literally maksa. Cara ngomongnya sih baik, tapi pertanyaan dan omongannya cukup menyudutkan. Sejujurnya gue bener-bener bingung harus jawab apa karena gue jawabnya jujur itu :"
Mereka pun nanya pertanyaan yang sama tapi dengan kata-kata yang beda, tapi pertanyaannya malah jadi aneh dan gue malah jadi ga ngerti maksud mereka. Gue jawabnya pun nggak yakin dan malah jawaban gue itu nggak begitu merepresentasikan diri gue. Si Z pun bilang bahwa dia tipe orang yang akan nge-push orang lain untuk melakukan sesuatu, nge-push-nya sampe bikin orang itu literally nangis. Makin merasa tertekan lah gue. Z bilang, dia bukannya bermaksud ngasih pressure ke gue, tapi dia bener-bener pengen tau jawaban gue yang lain. But Z, you really gave me pressure.
Y pun coba membahasakan dengan bahasa lain yang akhirnya bikin gue bisa mikir dan mengeluarkan jawaban yang beda dari sebelumnya. Ketika gue udah jawab dengan jawaban lainnya lagi, baru lah terlihat dari ekspresi mereka yang menunjukkan bahwa "Ini loh jawaban yang gue mau daritadi."
Di interview kali ini jujur gue merasa tertekan. Baru pertama kali gue ngerasa interview tertekan. Bener-bener nggak enak sumpah. Udah yakin banget gue bakal nggak lolos. Dan ternyata bener, gue nggak lolos ke tahap terakhir. Sayang nggak sayang sih. Sayang karena tinggal 1 tahap lagi, tapi nggak sayang juga mengingat buruknya wawancara kemarin. I can say that it was the worst interview I've ever had.
Terus setelah nanya sama beberapa orang yang ikut panel interview, nggak ada yang semua interviewer-nya expat. Either mix sama orang Indo atau justru dua-duanya Indo. Dan pada sama orang HR. Gue sempet mikir apa emang sengaja diwawancara sama orang yang cross-function.. Entahlah.
Sempet ngerasa nggak adil karena pada diinterview cuma sama 2 orang sedangkan gue 3, dan tiga-tiganya expat. Tapi yaudahlah mo gimana lagi. Malam harinya ada orang yang lolos ke tahap selanjutnya dan dikabari via email. Sementara itu seperti yang gue yakini, gue nggak lolos karena nggak ada kabar kelanjutannya sampai dengan tahap selanjutnya berlangsung
Post a Comment for "Pengalaman Seleksi Management Trainee atau MT di Heinz ABC"