Pengalaman Clinical Elective, Observership, Externship di RSCM Jakarta
Pengalaman Clinical Elective, Observership, Externship di RSCM Jakarta
Entah udah berapa orang yang menanyakan hal ini (Elective,
Observership,Externship,ect) ke gua. Dari adik kelas, teman, atau completely
stranger yang tidak sengaja membaca blog gua, melihat tweet atau
instagram gua, atau just happened to wonder about it. Beberapa dari
mereka tertarik untuk mengikuti program ini Kadang-kadang gua cukup sabar untuk
menjelaskannya, cuma kadang bosan juga menjelaskan berulang-ulang dengan topik
yang sama, Oleh karena itu, gua nulis di blog gua ini, sehingga klo ada yang
nanya lagi, gua cukup bilang "baca aja yah di blog gua..."
Jadi pada dasarnya, arti ketiga istilah di atas adalah : Magang di
Rumah sakit (terutama di RS luar negeri ato di RS bukan ditempat lo biasa
magang). cuma ada sedikit perbedaan di antara ketiganya.
1. Elective. bisa disebut juga koass tahap kedua, dalam artian lo
magang di bagian yang elo pengenin dan elo pilih ( literally you ELECT
the paticular rotation) saat lo selesai stase wajib lo di RS dan sebentar
lagi lo bakalan jadi dokter. pada tahap ini, lo diharapkan sudah mencapai tahap
dimana lo udah tahu dan udah bisa melakukan semua kemampuan seorang dokter.
Jadi gak ada lagi istilah bego2 masa2 koass. dan karena ini adalah stase yg elo
pilih ( brarti elo suka,dong?), elo harusnya udah menguasai semua bahan dong.
Disini lo bisa hanya jadi observer aja, atau melakukan tindakan medis (
tergantung supervisor elo, dan tergantung elonya juga bisa gak membujuk supaya
lo dikasih keleluasaaan medis)
2. Observership. disini lo udah DOKTER, dan punya pengalaman
klinik. tapi karena (misalnya) lo pengen PPDS/residency di luar (misalnya USA)
dan pemerintah USA mensyaratkan adanya US clinical experience,
makanya lo magang di RS di Amerika. You will not engage with patients
and there is no hands-on experience. it will just be "observing".
jadi yah lo cuma ngikut gitu dokter nya. Ketemu pasien, cuma ngangguk doang,
dan biarin teman sejawat lo yg bekerja. tapi dari situ lo belajar,
perbedaan antara negara lo dan negara yg lo pengenin.
3. Externship.
sama kayak observership, cuma klo lo sebagai seorang Extern
Doctor, elo bakal berkontak dengan pasien, boleh mengisi rekam medik, dan
bahkan melakukan terapi ke pasien (hampir sama kayak Intern Doctor).
Biasanya klo externship ini, dilakukan di RS yang desperately need
doctors, jadi yah elo di hire sekaligus lo belajar. dan
kadang2 pada program ini, elonya malah di gaji....hehehe
untuk
Clinical Elective, memang program ini bukan merupakan bagian dari kurikulum
pendidikan kedokteran Indonesia. Tapi program ini, merupakan program wajib bagi
kebanyakan Fakultas Kedokteran di berbagai negara. Setahu gua, di Indonesia,
cuma di FKUI Jakarta yang mewajibkan mahasiswa FK nya untuk melakukan clinical
elective, (http://electiveposting.fk.ui.ac.id/) dan nilai Elective itu
dimasukkan ke dalam ijazah dokter. FK lain kebanyakan mengganggap Clinical
Elective sebagai " additional programme". termasuk FK
gua. Walau FK UNAND tidak memasukkan Clinical Elective sebagai compulsory
subject , tapi kampus gua memiliki banyak kerjasama bilateral antara
banyak FK di luar (under IFMSA agreement) dan menawarkan kesempatan
kepada mahasiswanya untuk magang di luar negeri dan berjanji untuk memberikan
" travel grants/scholarship" (which is great, krna lo gak bakal
pusing lagi juga kan, mikirin biaya, but you have to take more extra miles to
attain that privilege) RS kampus gua jg sering sekali menerima mahasiswa
asing untuk elective (kompensasi dari kerjasama bilateral).
Nah,
sebenarnya apa sih pentingnya Clinical elective ini sehingga hampir semua FK
negara maju dan FK2 terkemuka di dunia (Harvard, Oxford,dll) mewajibkan
mahasiswanya untuk elective ?
pertama,
karena alasan pembelajaran di FK adalah pembelajaran orang dewasa "adult
learning", maka sebagai seorang dewasa, kita seharusnya memiliki kebebasan
untuk memilih dan memilah ilmu dan keterampilan apa yang ingin kita
"dalami". dan oleh karena itulah muncul "Elective".
sehingga setelah mahasiswa FK dibekali semua ilmu yang WAJIB dia punyai, pada
akhirnya dia diberi kebebasan untuk memilih.
kedua. kenapa harus di tempat yang tidak lazim ( di luar negeri atau di RS lain
kampus atau stase yang tidak pernah di jalani sebelumnya) ? because Medicine
is full of uncertainty and full of surprise. Banyak hal yang tak terduga di
dunia kedokteran, banyak hal yang beragam termasuk tata laksana pasien/istilah
dll antara RS satu dengan RS lain, negara satu dengan negara lain. Jadi
diharapkan, ketika seorang mahasiswa FK keluar dari comfort zone nya,
maka dia akan banyak belajar, bahwa : Medicine is not only white or
black.
Pengalaman gua ketika di Oxford, di awal-awal ketika disuruh untuk memasang
infus.
" Put VENFLON on that patient please"...dalam hati gua
ngomong " oke, apa deh ini bule ngomong2 venflon...", baru gua
nyadar, bahwa ternyata Venflon itu merk IV cath...jadi maksudnya.."tolong
dong pasangin infus..."..
terus di Indonesia yang tabu bgt menggabungkan 2 atau 3 jenis analgetik,
(sekali aja deh lo resepin paracetamol sama piroxicam berbarengan, itu pasti
apotekernya udah mencibir lo trus ngomong "itu dokter gak belajar
farmakologi apa, gak tahu klo 2 obat itu analgetik), ternyata di UK kita bisa
menggabungkan analgetik dengan dosis yang dikurangi. dan disana juga gua baru
nyadar bawa ternyata dosis buat orang luar itu lebih gede dibanding dosis lazim
di Indonesia. Itu contoh betapa banyak hal yang berbeda dan sekali lagi,
Elective bisa menjadi suatu program yang bagus untuk membuka mata mahasiswa
FK mengenai keragaman ini.Ok, 2 alasan diatas adalah alasan filosofis.
sekarang alasan technical untuk Clinical
Elective/Observership/Externship :
1. Modal untuk PPDS/Residency/praktek di luar negeri
Hampir semua negara maju di dunia, mensyaratkan clinical experience di
negara tersebut (atau paling tidak di salah satu negara maju), sebelum
mendapatkan license/work position. Contohnya USA. mereka sangat
menekankan akan hal ini, sehingga pengalaman elective atau observership di
Amerika akan sangat meningkatkan kesempatan kita untuk bisa bekerja menjadi
dokter di Amerika.
2. Cara terbaik mendapatkan surat rekomendasi di bidang yang kita minati
Yang paling menyenangkan dari Clinical Elective adalah kita
tidak memiliki terlalu banyak beban dibanding saat stase "wajib, sehingga
kita lebih fokus dengan "apa yang ingin kita
pelajari" bukan "apa yang harus kita pelajari".
Ini membuat kita lebih bersemangat dalam menjalankan stase tersebut. dan
biasanya Konsulen/supervisor yang mengawasi, lebih rileks dalam menghadapi kita
dan tidak banyak menuntut banyak, sehingga kita dapat lebih mudah untuk
mendapatkan surat rekomendasi. Teman gua di FKUI jg pernah cerita ke gua, klo
saat Clinical Elective lah cara paling mudah mendongkrak
nilai. Tentu saja surat rekomendasi sangat berguna untuk karir kita ke depan.
3. Akan menaikkan Reputasi CV kita untuk melamar pekerjaan.
terkadang, beberapa perusahaan/RS akan lebih suka jika kita memiliki international
experience (Walau tidak selalu)
4. Menunjukkan bukti minat dan keseriusan kita ketika kita melamar PPDS
Seorang senior gua yang sekarang merupakan dokter residen bedah plastik di
RSCM/FKUI pernah menyebutkan bahwa bukti bahwa dia pernah magang di dept. Bedah
plastik di Universitaetsklinikum Dusseldorf, Jerman sangat membantu dia dalam
kelulusan ujian PPDS.
It could be right, but I emphasized that the success keys of match in
residency (or job position) are multi-factorials and mostly LUCK (or
connection) is playing here. But taking elective indoubtedly will boost your CV
and would be a distinctive factor of you among other competitors.
Semua alasan diatas adalah beberapa faktor kenapa kita dianjurkan
melakukan Clinical Elective terutama yang berefek kepada karir
kita kedepan sebagai dokter. Manfaat untuk diri pribadi? Well, tak hanya kita
belajar untuk tinggal dan hidup dan bekerja di negara yang berbeda budaya
dengan Indonesia, tapi membantu kita untuk memperlancar bahasa Inggris serta
memotivasi kita untuk lebih baik.
Lalu bagaimana melakukan Clinical elective/Observership/Externship ?
1. Contact your Medical School
Tanya deh sama bagian akademik/kemahasiswaan elo, manatahu kampus lo punya
kerjasama dengan kampus di luar sana untuk saling mengirimkan mahasiswa atau
dosen dan tanyakan adakah beasiswa yang available buat elo.
2. Contact the IFMSA-affiliated-organisation in your medical School
Dari 70an FK di Indonesia, hanya 13 FK yang bisa mengirimkan mahasiswanya
magang di luar negeri under SCOPE-CIMSA-IFMSA agreement yaitu
: 1. FK Unsyah Aceh 2. FK UNAND Padang 3.FKUI jakarta, 4. FKUIN Jakarta
5. FK UPH Jakarta 6.FK UNPAD bandung 7. FK UGM Jogja 8. FK UNAIR Surabaya
9. FK UMY Jogja 10. FK UNRI riau 11. FK Unisula Semarang 12.FK Unibraw Malang
13. FK UNS Solo.
Klo lo tidak belajar di salah satu FK ini, mungkin lo bisa lanjut membaca ke no
3. :)
3. Apply directly to your desired medical school for elective
Nah, ini yang gua lakukan ketika gua keterima di Oxford Medical School untuk
jadi Elective Student disana.
Jadi lo tinggal ngirimkan lamaran dan memenuhi persyaratan sesuai yang diminta.
beberapa FK sangat highly competitive jadi pastikan sebelumnya, apakah elo
benar2 ingin mendaftar ke FK tersebut dan kemungkinan untuk diterima, karena
tentu saja, proses aplikasi nya jg membutuhkan banyak biaya. Cara tergampangnya
adalah, lo cari FK mana yg paling feasible buat elo, trus lo searching di
google " fk yg lo pengen" clinical elective. Pasti banyak tuh yang
keluar informasinya, dan silahkan dibaca masing2 perssyaratannya.
Nah, sekarang elo udah dokter, tapi lo pengen magang juga. Nah, coba lo
googling dengan keyword "Observership". tapi yang harus diingat
beberapa program observer meminta bayaran ke kita ( Misalnya Massachusseth
General Hospital, teaching hospital harvard medical school, yang meminta hampir
7500 USD untuk program sebulan saja). Klo lo bisa bahasa Jerman, mungkin lo
bisa googling dengan keyword " GastArtz Stelle " misal " "
GastArtz stelle in bayern "
Sekali lagi, sebelum, memutuskan untuk melamar, pikirkan beberapa faktor ini :
- Apa Negara dan FK/RS yang gua pilih akan benar2 menaikkan CV lo? Bagaimana
biaya hidup di negara tersebut?
- Apa mereka menyediakan beasiswa dan apakah biaya kuliah mereka dicover atau
malah kita harus membayar puluhan juta hanya untuk bisa magang disana?
- Apakah persyaratan yang diminta (TOEFL IBT,USMLE, DaF, PLAB, vaccine
hystory,ect) malah sangat memperberat kita walau kemungkinan untuk diterima
menjadi elective student belum bisa dipastikan?
- Apa program mereka benar2 terstruktur? Apakah mereka benar2 memberikan
pengalaman klinik yang kita butuhkan?
- Apakah kita DENGAN GAMPANG diterima sebagai elective student atau
persaingannya sangat ketat?
masing-masing orang berbeda kondisinya, tetapi selalu pertimbangkan faktor
tersebut, dan nilai kemampuan diri.
4.Apply Directly to the Professors/the Supervisors
Nah, elo udah ngelamar hampir ke semua RS dan FK yang elo pengeni
untuk elective/observership/externship tapi kagak diterima
juga? nah, mungkin udah saatnya elo mengirim email ke professor atau consultant
di rumah sakit itu, dan berharap dia kasihan atau impressive sama keteguhan
hati lo, dan dia bersedia untuk di "shadow" sama elo. caranya ? yah
searching di google email kantor mereka di website RS/FK tersebut. trus kirim
deh email lo yang memohon dengan sangat agar mereka mau mengajari kita.
Professor dan konsulen di luar cukup responsif dengan email sehingga (insya
Allah, cepat atau lambat) akan mereka balas dan berdoa saja mereka akan cukup
hangat dalam menerima permohonan kita. dan pada dasarnya kebanyakan profesor di
luar negeri memiliki passion untuk mengajar.
Gua ingat, dulu pas di Oxford, ada mahasiswa dari Norway (atau sweden? pokoknya
dari Skandinavia deh), yang melamar untuk jadi elective student di Oxford, tapi
gak keterima. Akhirnya dia mengirim email ke professor Bedah di oxford, dan
profesor tersebut mau mengajari dia tanpa melalui Oxford Medical School.
sehingga akhirnya dia bisa juga masuk ke ruang OK profesor tersebut dan
mengikuti semua operasinya.Pas gua di jerman, juga ada dokter obgyn Iran yang
berniat pindah kerja ke Jerman dan dia menghubungi professor di RS di Essen,
dan Voila ! gua dan dia akhirnya satu2nya orang Asia yang ikut OK tiap pagi.
Kekurangan dari cara ini, yah sebenarnya program ini tidak official, jadi
terserah tuh professor aja gimana ngajarin kita.
Daftar list Prominent medical school yang menawarkan
program elective :
1. Harvard Medical School (
http://ecommons.med.harvard.edu/org.asp?exclerk )
2. University of Oxford Medical School ( http://www.medsci.ox.ac.uk/study/medicine/electives
)
3. Cambridge University Clinical School ( http://www.medschl.cam.ac.uk/education/elective/
)
4. John Hopskin Medical School
http://www.hopkinsmedicine.org/geriatric_medicine_gerontology/education_training/medical_students/clinical_elective/visiting_students.html
)
3. NUS Young Loo Lin School of Medicine ,Singapore (https://itumed.nus.edu.sg/scep/)
Post a Comment for "Pengalaman Clinical Elective, Observership, Externship di RSCM Jakarta"