Cara Membuat Vektor Di R Studio
Pertama-tama, aktifkan software RStudio terlebih dahulu (Gambar 2.1). Lambang RStudio diperlihatkan pada Gambar 2.2. Pada Gambar 2.1 sedang berada pada bagian Console. Pada bagian R Console, perintah R dibuat. Terdapat tanda “>” pada R Console. Tanda tersebut disebut prompt. Di depan prompt perintah R ditulis.
Gambar 2.1 Tampilan RStudio pada Bagian Console
Gambar 2.2 Lambang RStudio
Berdasarkan Gambar 2.3, perintah R pada baris pertama x <- c(4,8,1,2) dapat diartikan menugaskan (assign) bilangan 4,8,1,2 ke vektor dengan nama x, kemudian perintah R pada baris kedua x menampilkan seluruh elemen dalam vektor x. Dalam membuat vektor, melibatkan fungsi c( ). Suatu fungsi ditandai dengan tanda buka kurung “(” dan tutup kurung “)”. Huruf “c” merupakan singkatan dari “concatenate”, dalam bahasa Indonesia dapat berarti “menggabungkan”.
Pada Gambar 2.4, perintah R y <- c(1,1,2,1) dapat diartikan menugaskan (assign) bilangan 1,1,2,1 ke vektor dengan nama y, kemudian perintah R ymenampilkan seluruh elemen dalam vektor y.
Gambar 2.4
2.1 Hasil Eksekusi Perintah R
Gambar 2.5
Perhatikan
Gambar 2.5. Pada Gambar 2.5, terdapat tanda “[]”, yang merupakan hasil dari
eksekusi perintah R. Perhatikan bahwa
“[1]” berarti hasil atau output yang
ditampilkan dimulai dari output yang ke-1. Sementara “[19]”
berarti hasil atau output
yang ditampilkan dimulai dari output yang ke-19.
2.2 Indeks Vektor
Indeks vektor
dimulai dari 1. Berdasarkan Gambar 2.5, pada vektor x, diketahui:
ð Nilai 4 berada pada indeks ke-1 dari vektor
x.
ð Nilai 8 berada pada indeks ke-2 dari vektor
x.
ð Nilai 1 berada pada indeks ke-3 dari vektor
x.
ð Nilai 2 berada pada indeks ke-4 dari vektor
x.
2.3 Menampilkan Elemen Vektor berdasarkan Indek
Gambar 2.6
Perhatikan
Gambar 2.6. Pada Gambar 2.6, perintah R x[1]
berarti menampilkan elemen pada indeks ke-1
dari vektor x, perintah R x[4] berarti menampilkan elemen pada
indeks ke-4 pada vektor x, dan sebagainya. Pada Gambar 2.6, terdapat
tanda “#”. Kalimat di depan tanda “#” dimaksudkan sebagai pemberi keterangan (comment).
2.4 Mengganti Elemen Vektor
Gambar 2.7
Pada
Gambar 2.7, diketahui nilai 4 berada pada indeks ke-1 di vektor x. Andaikan nilai 4 akan diganti dengan 100000. Perintah R untuk mengganti
nilai 4 menjadi nilai 100000 adalah x[1]
<- 100000 (Perhatikan Gambar
2.7). Pada Gambar 2.7, output 1e+05
berarti 105 = 100000. Selanjutnya diketahui nilai 8 berada pada indeks ke-2 di vektor x. Andaikan nilai 8 akan diganti dengan 12. Perintah R untuk mengganti nilai 8 menjadi nilai 12 adalah x[2] <- 12 (Perhatikan Gambar 2.7).
2.5 Operator Penugasan
Perhatikan
Gambar 2.8. Perintah R x <- 1,2,3,4,5
memberikan pesan kesalahan. Sementara perintah R x <- c(1,2,3,4,5) tidak
memberikan pesan kesalahan, begitu juga perintah R y <- c(2,3,4,5,6) tidak memberikan
pesan kesalahan. Namun perintah R z
<- 1,2,3,4,5 memberikan pesan kesalahan. Perintah R z <- y dapat diartikan
menugaskan seluruh elemen pada vektor y ke vektor z. Jadi, seluruh elemen
dari vektor z sekarang adalah seluruh elemen dari vektor y. Perhatikan bahwa perintah R x <- 1 tidak memberikan pesan kesalahan, namun perintah R x <- 1, 2 memberikan pesan kesalahan.
Gambar 2.8
Operator
standar penugasan (standard assignment
operator) dalam R adalah “<-”, meskipun terdapat beberapa operator penugasan
seperti “->”, “=”, dan fungsi assign( ). Norman Matloff (2009) menyatakan sebagai
berikut.
“The standard assignment
operator in R is <-. However, there are also ->, =, and even the assign( )
function.”
Perhatikan
Gambar 2.9. Gambar 2.9 diberikan ilustrasi penggunaan operator penugasan
“<-”, “->”, “=”, dan fungsi assign( ). Perintah R x <- c(1,2,3) dapat diartikan
menugaskan bilangan 1,2,3 ke vektor x. Perintah R x -> y dapat diartikan menugaskan bilangan-bilangan pada vektor x ke vektor y. Dengan kata lain,
seluruh elemen dari vektor y adalah
seluruh elemen dari vektor x.
Perintah R assign(“z”, y) dapat diartikan menugaskan bilangan-bilangan pada
vektor y ke vektor z. Dengan kata lain, seluruh elemen dari vektor z adalah seluruh
elemen dari vektor y. Perintah R assign(“a”,c(1,2,3,4,5,6,7,8)) dapat
diartikan menugaskan bilangan
1,2,3,4,5,6,7,8 ke vektor
a.
Gambar 2.9
2.6 Berbagai Cara Menampilkan Elemen Vektor berdasarkan Indeks
Gambar 2.10 diberikan ilustrasi
berbagai cara untuk menampilkan elemen suatu vektor.
Perintah R x
<-
c(4,5,2,1,9,8,5,6,10,13) berarti menugaskan bilangan
4,5,2,1,9,8,5,6,10,13 ke vektor x.
Sebagai contoh diketahui:
ð
Elemen pada indeks ke-1 dari vektor x adalah 4.
ð Elemen pada indeks
ke-2 dari vektor x adalah 5.
ð Elemen pada indeks
ke-3 dari vektor x adalah 2.
ð Elemen pada indeks ke-10 dari vektor x adalah 13.
Gambar 2.10
Perhatikan bahwa:
ð
Perintah R x[4]
berarti menampilkan elemen
dari vektor x pada indeks
ke-4, yakni 1.
ð
Perintah R x[c(1,3)] berarti
menampilkan elemen dari vektor x pada
indeks ke-1 dan dan indeks ke-3, yakni 4 dan 2.
ð
Perintah R x[c(8,10)] berarti
menampilkan elemen dari vektor x pada
indeks ke-8 dan indeks ke-10, yakni 6
dan 13.
ð
Perintah R x[-c(1,2,3,4,5)]
berarti menampilkan elemen dari vektor x
yang bukan pada indeks ke-1,2,3,4,5.
Dengan kata lain, menampilkan elemen dari vektor x pada indeks ke-6,7,8,9,10, yakni 8,5,6,10,13.
ð
Perintah R x[3:7] berarti
menampilkan elemen dari vektor x mulai
dari indeks ke-3 sampai dengan indeks
ke-7. Dengan kata lain, menampilkan elemen dari vektor x pada indeks ke- 3,4,5,6,7,
yakni 2,1,9,8,5.
ð
Perintah x[-3] berarti menampilkan elemen dari vektor x yang bukan pada indeks
ke-3. Dengan kata lain, menampilkan elemen dari vektor x pada indeks ke-1,2,4,5,6,7,8,9,10. Perhatikan bahwa perintah R x[-3] memberikan hasil yang sama dengan
perintah R x[-c(3)]. Namun perintah R x[-3,1]
dan perintah R x[3,1] memberikan pesan kesalahan.
ð
Perintah R x[y] sama
saja dengan x[c(1,2,6)]. Perhatikan
bahwa 1, 2, dan 6 merupakan elemen dari vektor y.
ð
Perintah R x[-y] sama
saja dengan x[-c(1,2,6)] atau sama saja dengan x[c(3,4,5,7,8,9,10)].
ð
Perintah R x[z] sama
saja dengan x[c(9,3,4,5)].
Perhatikan bahwa 9, 3, 4, dan 5 merupakan merupakan
elemen dari vektor z. Perintah R x[z] berarti menampilkan elemen dari
vektor x pada indeks ke-9,3,4,5.
2.7 Mengetahui Panjang
Vektor dengan Fungsi length( )
Untuk
mengetahui panjang (length) suatu vektor,
dapat digunakan fungsi length().
Perhatikan Gambar
2.11.
Berdasarkan Gambar 2.11, diketahui panjang dari vektor x adalah 5, yang mana elemennya adalah
1, 5, 3, 6, dan 7. Panjang dari vektor y
adalah 4, yang mana elemennya adalah 4, 4, 5, dan 4. Pada Gambar 2.11, digunakan fungsi length( ) untuk mengetahui panjang dari suatu vektor.
Gambar 2.11
2.8 Membuat Vektor dengan
Fungsi vector( )
Fungsi vector( ) digunakan untuk membuat suatu vektor. Perhatikan Gambar 2.12. Berdasarkan Gambar 2.12,perintah R C
<- vector(length=2) berarti membuat vektorC dengan panjang 2. Perintah R
length(C) untuk mengetahui panjang
vektor C, yang mana panjang vektor C adalah 2. Jika elemen dari vektor C ditampilkan, maka kedua elemen tersebut adalah FALSE FALSE. Secara bawaan
(default), ketika suatu vektor
dibuat dengan fungsi vector( ) dengan panjang tertentu,
vektor tersebut berjenis logika
dengan nilai elemen seluruhnya FALSE. Fungsi mode( ) digunakan untuk
menentukan jenis data yang tersimpan
dalam suatu vektor. Setelah vektor C dibuat
dengan panjang 2, selanjutnya mengisi bilangan
4 pada indeks ke-1 dari vektor C, mengisi bilangan 12 pada indeks ke-2 dari vektor
C. Setelah itu dicek kembali jenis dari vektor C dengan fungsi mode( ). Jenis vektor C sekarang adalah numeric, karena elemen dari vektor C saat ini adalah angka, yakni 4 dan 12.
Gambar 2.12
Gambar 2.13
Berdasarkan Gambar 2.13,perintah R A<- vector(length=5) berarti membuat vektorA dengan panjang
5.
Perintah R length(A) untuk
mengetahui panjang vektor A, yang
mana panjang vektor Aadalah 5. Jika elemen dari vektor Aditampilkan, maka kelima elemen
tersebut adalah FALSE FALSE FALSE FALSE FALSE.
Secara bawaan (default), ketika suatu vektor
dibuat dengan fungsi
vector( )dengan
panjang
tertentu, vektor tersebut berjenis logika dengan nilai elemen seluruhnya FALSE. Fungsi
mode( ) digunakan untuk menentukan jenis data yang tersimpan
dalam suatu vektor. Setelah vektor A dibuat dengan panjang 5, selanjutnya
mengisi bilangan 40000 pada indeks ke-2 dari vektor A. Untuk indeks
ke-1,3,4,5 tidak diisi bilangan. Selanjutnya ditampilkan seluruh nilai dari
vektor A, yakni 0, 40000, 0, 0, dan 0. Secara bawaan (default) nilai vektor A pada indeks ke-1,3,4,5, diisi dengan
0. Selanjutnya diperiksa kembali
jenis dari vektor A dengan fungsi mode(
). Jenis vektor A sekarang adalah
numeric, karena elemen
dari vektor A saat ini adalah angka,
yakni 0, 40000, 0, 0, dan 0.
2.9
Fungsi mode( ) Untuk
Mengetahui Jenis Data Suatu Vektor
Untuk memeriksa
jenis data suatu vektor, dapat digunakan fungsi mode( ). Perhatikan ilustrasi Gambar 2.14. Berdasarkan Gambar 2.14,
diketahui jenis data dari vektor A adalah
numeric. Data dari vektor A adalah angka, yakni 4, 5, dan 3.
Jenis data dari vektor B adalah character, dengan data “Ugi”, “Egi”, dan “Ronnie”. Setiap elemen
dari vektor berjenis character diapit
tanda petik ganda “ ”. Jenis data
dari vektor C adalah logical. Data
pada jenis logical hanya ada dua,
yakni TRUE dan FALSE.
Gambar 2.14
2.10 Operator Penjumlahan +, Pengurangan -, Perkalian *, Pembagian /, Pangkat ^, dan Sisa
%%
Perhatikan Gambar 2.15. Pada Gambar 2.15, diketahui elemen-elemen dari vektor z adalah 3, 5, 7, 5, yang diperoleh
dari perintah R z <- x+y. Diketahui:
ð
Elemen pertama dari vektor z adalah 3, yang diperoleh
dari hasil jumlah antara elemen
pertama dari vektor x, yakni 1, dan elemen pertama dari vektor y, yakni 2.
ð
Elemen kedua dari vektor z adalah 5, yang diperoleh
dari hasil jumlah
antara elemen kedua dari vektor
x, yakni 2, dan elemen kedua dari vektor y, yakni 3.
ð
Elemen ketiga dari vektor z adalah 7, yang diperoleh
dari hasil jumlah antara elemen ketiga dari vektor x,
yakni 3, dan elemen ketiga
dari vektor y, yakni 4.
ð Elemen keempat dari vektor z adalah 5, yang diperoleh dari hasil jumlah antara elemen keempat dari vektor x, yakni 4, dan elemen keempat dari vektor y, yakni 1.
Gambar 2.15
Berdasarkan Gambar
2.15, perintah R y <- c(z) dapat diartikan menugaskan seluruh elemen
dari vektor z ke vektor y. Dengan kata lain, sekarang seluruh elemen pada vektor y merupakan seluruh elemen
pada vektor z. Perintah R x*y dapat diartikan:
ð
Mengalikan elemen pertama pada vektor x dengan elemen pertama pada vektor y (1 × 3 = 3).
ð Mengalikan elemen kedua pada vektor x dengan elemen kedua pada vektor y (2 × 5 = 10).
ð Mengalikan elemen
ketiga pada vektor x dengan elemen ketiga pada vektor y (3 × 7 = 21).
ð
Mengalikan elemen keempat
pada vektor x dengan
elemen keempat pada vektor y (4 × 5 = 20).
Gambar 2.16 diberikan berbagai
contoh perhitungan. Berdasarkan Gambar 2.16, diketahui:
ð
Elemen dari vektor X adalah 1, 2, dan 3. Elemen
dari vektor Y adalah 3, 2,
dan 1.
ð Pada Gambar 2.16, terdapat
perintah R X^Y, yang berarti 13, 22, 31 atau 1, 4, 3.
Hasil dari perintah
R 9%%4 adalah 1 (9 = 4 ∗ 2 + 1), hasil dari perintah
R 9%%5 adalah 4 (9 = 5 ∗
1 + 4), hasil dari perintah R -5%%3 adalah 1 (−5 = 3 ∗ −2 + 1), dan hasil dari perintah R -5%%4
adalah 3 (−5 = 4 ∗ −2 + 3).
Gambar 2.16
2.11 Memberi Nama pada Elemen Vektor
dengan Fungsi names( )
Elemen dalam vektor juga dapat diberi nama dengan fungsi names( ). Perhatikan ilustrasi pada Gambar 2.17.
Berdasarkan Gambar 2.17, digunakan fungsi names( ) untuk
memberi nama pada elemen vektor X. Elemen vektor X pada indeks ke-1diberi nama “Sangat Tidak Puas”, elemen vektor X pada
indeks ke-2diberi nama “Tidak Puas”, elemen vektor X pada indeks ke-3diberi nama “Biasa Saja”, elemen vektor X pada
indeks ke-4diberi nama “Puas”, dan elemen vektor X pada indeks ke- 5diberi
nama “Sangat Puas”. Kemudian perhatikan perintah R names(X) <- NULL bermaksud untuk menghapus nama pada
elemen di vektor X.
Gambar 2.17
2.12
Tidak Tersedia
(Not Available (NA))
Perhatikan Gambar 2.18. Perintah R X <-c(5,4,3,5) berarti menugaskan bilangan 5, 4, 3 dan 5 ke vektor X. Nilai pada indeks ke-1 dari vektor X adalah 5, nilai pada indeks ke-2 dari vektor X adalah 4, nilai pada indeks ke-3 dari vektor X adalah 3, nilai pada indeks ke-4 dari vektor X adalah 5, nilai pada indeks ke-5 dari vektor X adalah tidak ada atau tidak tersedia atau not available (disingkat “NA”), nilai pada indeks ke-6 dari vektor X adalah tidak ada atau tidak tersedia atau not available (disingkat “NA”).
Gambar 2.18
2.13
Menghapus Elemen
Vektor
Perhatikan Gambar 2.19. Perintah R X <-c(5,4,3,5)
berarti menugaskan bilangan 5, 4, 3 dan 5 ke vektor X. Andaikan nilai 4 pada indeks ke-2 dari vektor X ingin dihapus, sehingga elemen dari vektor X sekarang adalah 5, 3, dan 5. Maka perintah R untuk menghapus nilai 4 pada indeks ke-2 dari vektor X adalah X <- X[-2]. Perintah R X <- X[-2] dapat juga diartikan menugaskan bilangan selain pada indeks ke-2, ke vektor X. Sehingga elemen pada vektor X saat ini adalah 5, 3, dan 5. Selanjutnya perintah R Y <- Y[-c(3,6,7)] berarti menghapus elemen dari vektor Y pada indeks ke-3,6, dan 7.Gambar 2.19
Post a Comment for "Cara Membuat Vektor Di R Studio"